Perkenalan Terindah di JannahNya

Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.”

Seperti biasa hari ini saya harus menulis sesuatu di blog. Menunggu jam-jam di larutnya malam. Tanpa sengaja melihat notification dan melihat suatu info di grup facebook. Sungguh tercengang, mendapat info bahwa ada salah seorang mujahid yang meninggal dalam sebuah kecelakaan. Mujahid Kaderisasi KAMMI TES 2014 telah meninggal dalam sebuah kecelakaan di Banjarnegara.
Awalnya tidak menyadari namun setelah direnungi, masya Allah. Saudara seperjuangan telah dijemput lebih dulu oleh Allah.
Kami tidak pernah bersua bahkan namanyapun baru terdengar hari ini. Namanya terdengar dalam suatu berita duka. Tak pernah sedetikpun bersua dengannya. Namun hati ini turut merintih mendengar dia pergi ke sisiNya.

Terbayang kita berada di posisi yang sama. Sedang semangat berjuang di KAMMI. Membangun Mimpi meraih Asa. Sedang menikmati ukhuwah bersama. Sedang "tersenyum" bersama pemuda yang mencintai perjalanan menuju keridhoanNya. Sedang "menari" dalam kenikmatan berjihad di jalanNya. Namun semua itu menghilang begitu saja. Mungkin Allah ingin menggantinya dengan kenikmatan yang jauh lebih hebat dibandingkan semua yang pernah almarhum rasakan.

Kita hanya bisa berdoa. Karena yang dibutuhkan dia hari ini adalah doa.

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memeroleh kebaikan, mereka mengatakan, ‘Ini adalah dari sisi Allah,’ dan kalau mereka ditimpa suatu bencana mereka mengatakan, ‘Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).’ Katakanlah, ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah.’ Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?” (QS an-Nisaa` [4]: 78)

Mari bermuhasabah sejenak. Saudara kita tanpa kita kira ternyata lebih dulu meninggalkan kita. Tak sedikitpun terbesit di pikiran kita semua itu bisa terjadi. Dia masih begitu muda, masihlah banyak langkah yang dia mampu tunaikan. Namun siapa yang tau umur manusia? hanya rahasiaNya.
Begitupun kita, semua yang terjadi hari ini harusnya membuat kita lebih memaknai anugrah kehidupan dari Allah. Kita tak akan pernah tau kapan Allah memanggil kita. Maka sudah sejauh mana persiapan kita untuk menghadapNya. Sedangkan kematian itu bisa tiba-tiba tanpa bisa kita rencanakan. Sungguh di setiap detik ini pastilah masih banyak dosa yang menyisa.Lantas kita membiarkan atau bahkan menumbuhkan dosa2 itu? Hanya orang merugi yang melakukan itu.
Mari selalu persiapkan diri ini untuk menghadapNya. Persiapkan yang terbaik seolah-olah kita akan menghadapi ujian yang sulit. Persiapkan dengan baik seolah-olah kita akan meninggal 1 jam kemudian. Selalu berdoa kepadaNya agar kita dijauhkan dari siksaNya dan didekatkan denganNya.

Saudaraku, meski kita tak pernah bersua. Namun dirimu hari ini benar-benar memberikan arti bagi semua orang yang merenunginya. Dirimu mengingatkan kami akan kematian yang datang tiba-tiba. Mengingatkan kami bahwa setiap detik kami haruslah hanya untuk beribadah padaNya. Kami ada di posisimu hari ini yang sedang menikmati perjuangan dakwah. Namun kami sering lupa bahwa kami pun akan dijemput olehNya cepat atau lambat. Kapanpun itu, kami harus memastikan bahwa kami harus meninggal dengan khusnul khotimah.

Saudaraku, meski kita tak pernah bersua. Allah telah menyambungkan hati kami dan dirimu. Sehingga sebagian dari kami ikut menangis, bersedih atas kepergianmu. Namun semua ini adalah fitrahNya saat kita kehilangan seseorang yang kita cintai maka hati ini akan merasa kehilangan.

Saudaraku, meski kita tak pernah bersua. Allah telah mengikat hati-hati kita. Sehingga perasaan cinta pada saudaranya tumbuh dan tersembunyi. Perasaan cinta itu muncul saat dirimu telah tiada di dunia. Sungguh indah skenarioNya. Menumbuhkan cinta di hati kami tanpa pernah bersua. Satu yang kami harapkan, Semoga Allah mempertemukan kita di JannahNya kelak lalu dirimu tersenyum dan menyapa kami. Dan kita berkenalan disana. Perkenalan terindah di JannahNya.

Selamat jalan akhi (Muhammad Bani Aryaguna), pastilah kami akan selalu mengingat kebaikanmu dan berusaha mendoakanmu di setiap waktu kami :')


“Dan sungguh jika kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan.” (QS Ali Imran [3]: 157)


Memahami Melengkapi

Sebuah keniscayaan bahwa setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan. Setiap orang itu unik. Mempunyai karakter khas dan pemikiran masing-masing.  Pada sebagian orang Perbedaan itulah yang terkadang mengganggu aktivitas bersama. Perbedaan karakter dan pemikiran biasanya adalah faktor yang menyebabkan kita sulit untuk dekat dengan orang yang kita anggap berbeda. Terkadang kita cenderung nyaman pada kondisi yang sama dan orang yang "sama" atau hampir "sama" dengan kita. Hal ini yang menyebabkan seseorang sulit untuk bersikap bijak dalam situasi sosial. Jika kita lebih menyukai lingkungan yang nyaman dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dengan kita maka itu hanya akan menjadikan kita eksklusif di mata orang lain. Kita tidak akan pernah berkembang jika kita hanya bergabung dengan orang-orang yang memilki karakter yang hampir sama dengan kita. Namun hal ini tidak akan membuat kita bijak dalam menjalani hidup karena pada dasarnya manusia diciptakan untuk melengkapi satu sama lain. Bukankah hawa diciptakan oleh Allah untuk melengkapi Adam. Begitupun kita, jika kita hanya disibukan untuk mencari kecocokan satu sama lain maka ketika ada satu perbedaan akan memberikan umur suatu hubungan baik persahabatan maupun keluarga menjadi lebih pendek karena satu sama lain akan sibuk memperdebatkan perbedaan satu sama lain.

Sedangkan, suatu perbedaan haruslah menjadi suatu tantangan agar kita bisa lebih memahami perbedaan tersebut. Hal yang kita anggap suatu kekurangan bisa jadi itu adalah poin perbedaan antara kita dengan orang lain. Suatu perbedaan tercipta adalah agar satu sama lain saling melengkapi sehingga perbedaan itu menjadi suatu jembatan ukhuwah.

Memahami karakter seseorang memang bukanlah hal yang mudah namun dengan belajar pasti kita akan mampu memaknai hal yang bernama memahami. Memahami seseorang adalah salah satu cara melatih kesabaran dan kepekaan hati. Memahami membuat kita lebih berpikir positive pada orang lain. Memahami membuat kita terus berusaha untuk selalu melengkapi kekurangan orang lain.

dalam aturannya mengenal terlebih dahulu kemudian memahami. Biasanya dalam tahap mengenal pun kita belum selesai sehingga sulit jika kita ingin naik jenjang menuju memahami. Dalam mengenal kita coba mengetahui berbagai karakter orang lain. Kemudian ketika kita melihat kekurangannya maka kita mencoba memahami sikap tersebut bahkan kita mencoba untuk melengkapi kekurangan itu dengan kebaikan kita.
Memahami memang bukan perkara yang mudah namun memahami memang perlu dilatih karena memahami bagian dari kesabaran. Kesabaran menghadapi karakter seseorang khususnya karakter yang kurang baik.

Kesabaran akan diuji oleh manusia itu sendiri. Tapi Allah memerintahkan kita untuk memelihara tali persaudaraan:

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al Hujurat: 10)

Jelas perintah diatas. Maka bagaimanapun sifat kerabat atau teman kita. Cobalah untuk BELAJAR memahami karakter tersebut dan melengkapinya dengan kesabaran kita.

Kesabaran butuh dilatih dan memahami butuh diasah. Kuncinya:
1. Berdoa dan mendoakan saudara kita
2. Husnudzon pada saudara kita
3. Ingat kebaikan saudara kita
4. Meminta maaf terlebih dahulu 
5. Bangun kedekatan hati

walahuallambissawab

Ketenangan dalam Kesabaran

Kesabaran adalah sebuah kata yang mudah diungkapkan. Terkadang kata sabar dengan mudah kita lontarkan pada sahabat atau kerabat yang sedang kesusahan. Sabar adalah kata awal yang kita persembahkan bagi orang yang terkena ujian.

Ketika mendengar kata sabar dari saudara kita terkadang hanyalah sebuah angin lalu. Kesedihan tetap menaungi diri. Padahal jika kita memaknai kata sabar itu dan benar-benar memasukannya dalam hati sungguh ada ketenangan dalam suatu kesabaran.

Ujian adalah suatu karantina Allah bagi kita untuk melatih suatu jurus yang bernama kesabaran. Semakin banyak dan semakin besar Allah menguji kita maka akan semakin terlatihlah kesabaran pada diri kita. Tergantung dari cara kita memaknai suatu masalah. Kesabaran itu banyak dapat berupa kejadian/musibah bisa jadi karena sifat/karakter seseorang.

Baik musibah atau karakter seseorang tentu kita harus dengan sabar menghadapinya. Sabar jika musibah itu melanda keluarga. Dengan tetap tegar dan bersyukur pada Allah atas apa yang telah Ia berikan. Sabar pula menghadapi karakter orang lain, yang mampu melatih kita untuk memahaminya lebih dalam. Setiap orang itu unik maka jangan jauhi mereka yang membuatmu merasa tidak nyaman, namun coba pahami kekurangan mereka dan lengkapi.

Sabar itu butuh latihan. Kesabaran itu akan tercipta dengan sendirinya ketika kita lebih bijak dalam menghadapi suatu permasalahan apapun itu. Baik yang besar maupun kecil. Kesabaran itu ketika kita memaksa sisi egois kita terlelap dalam tidurnya. Kesabaran itu ketika kita membangunkan sisi positif thinking kita untuk muncul lebih dulu. Kesabaran itu ketika perkataan yang menyakitkan menjadi metode muhasabah, motivasi dan inspirasi bagi hidup kita. Kesabaran itu ketika kita mampu menunjukan bahwa kita bukan orang yang "lemah" hatinya namun kita akan menunjukan sisi kuat kita dan menjadi inspirasi bagi orang lain.

Sabar membawa kita pada arti ketenangan yang sebenarnya, Allah menjawab itu dalam surat:

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan solat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” – [Al-Baqarah:153]


Lantas ketika Allah Sang Pencipta sudah bersama kita, apalagi yang kita harapkan? selain terus mendapatkan belaian cinta dariNya. Hingga ketenangan itu hal yang mudah bagiNya. Karena Allah hanya ingin kita mengingatnya dalam setiap waktu, menjadikanNya tempat mengadu, Allah begitu merindukan kita dan begitu mencintai kita melebihi apapun.
 Maka dengan kesabaran yang tak berkesudahanlah kita bisa bersama Kekasih Paling Mulia yaitu Allah SWT.

Jangan pernah menyerah pada suatu cobaan. Jangan menjauh dari ujian dan jangan menyerah untuk mengejar kesabaran. Karena dengan kesabaran membuat kita lebih dekat denganNya. Maka kita akan Tenang dalam Kesabaran.

Ya Allah jadikan kami kekasihMu yang akan selalu mencintaiMu, bergetar mendengar namaMu dan selalu mengingatMu di setiap waktu.

“Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat sekali kecuali bagi orang yang khusyuk.” – [Surah al-Baqarah:45]



Walahuallambissawab

"Luka" harus segera disembuhkan [Kinetika Hati]

Setiap orang pasti pernah terluka, entah itu terluka karena terjatuh atau kecelakaan. Terluka fisik memang sakit secara fisik dan akan segera sembuh jika kita dengan cepat dan tepat mengatasinya. Ketika terluka pastilah kita akan segera mengambil tindakan untuk menyembuhkannya. Kita akan berusaha membersihkannya dengan cairan antiseptik untuk luka atau dengan air hangat kemudian kita akan tetesi dengan betadine atau obat merah lalu kita akan tutup dengan plester atau perban agar tidak terkena debu atau kotoran yang dapat menginfeksi luka tersebut. Jika kita biarkan maka luka itu akan mudah terinfeksi dan akan mengakibatkan luka yang menganga dan semakin besar serta akan menimbulkan penyakit kulit lainnya yang akan berdampak buruk bagi kesehatan. Begitulah sejatinya luka secara fisik.

JIka itu luka secara fisik lantas bagaimana jika luka itu adalah luka secara batin? atau luka ini lebih sering dikenal dengan sebutan sakit hati. Pasti akan banyak sekali yang bilang bahwa luka ini adalah luka yang sangat sulit untuk disembuhkan, luka yang sulit untuk ditutup bahkan kita bangga dengan "penyakit" ini dan membiarkannya lama menganga. Terkadang kita mengakui bahwa kita sulit untuk sembuh dari "luka". Namun kita menyadari secara pasti dengan akal kita bahwa menyimpan "luka" itu adalah suatu hal yang salah. Namun apadaya bisa jadi kita kalah dengan rasa egois kita ataukah mungkin kita kalah dengan luka yang mulai terkena "infeksi" sehingga kita lebih "bahagia" menaruh luka dan merawatnya hingga "virus" itu datang dan mampu "mematikan" hati kita.

Tak ada seorang pun yang menginginkan sakit hati, saya yakin semua akan berdalih sama namun saya yakin tak ada satu orangpun yang belum pernah merasakan "luka" semacam ini bahkan ada yang setiap hari merasakannya. Namun tidak ada luka yang tak mampu disembuhkan.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat Abu Hurairah  bahwasanya Nabi  bersabda,
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شَفَاءً
“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya”

Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah  dia berkata bahwa Nabi  bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)


Saya memaknai hadist di atas bukan sebatas pada penyakit fisik atau lahiriah namun juga penyakit batin atau "sakit hati". Maka sakit hati inipun bisa disembuhkan namun cepat atau lambatnya tergantung pada diri kita. Atau dalam bahasa kimia "kinetika" hati yang harus kita jadikan variabel kontrol.

Pada dasarnya sama saja ketika kita terluka fisik maka kita bergegas untuk mengobatinya, maka luka hatipun haruslah sama diawali dengan diri kita yang punya tekad untuk bergegas menyembuhkannya. Satu hal yang harus ditekankan adalah TEKAD kita yang sungguh-sungguh. Dalam proses ini kita harus mengikuti suatu mekanisme yang baik. Mekanisme yang harus dilakukan yaitu kita harus melawan bisikan syetan yang ingin tetap membiarkan luka ini terus terbuka.

Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari jin dan manusia’.” (QS. An-Nas: 1-6)

1. Mengingat Kekasih yang paling Mulia

Dalam mengatasi setiap problematika yang menyangkut hati maka Allah memberikan fasilitas yaitu berdzikir kepadaNya.

Allah SWT berfirman:
الذين امنوا وتطمئن قلوبهم بذكرالله.ألا بذكرالله تطمئن القلوب Ѻ  الذين امنوا وعملوا الصالحات طوبى لهم وحسن مأّب Ѻ
” (Yaitu)orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.ingatlah,hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.orang – orang yang beriman dan beramal sholeh,bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.”(QS.Ar-ra’d:28-29)
Begitulah Allah mencintai hambaNya hanya dengan mengingatNya maka hati menjadi lebih tenang dan tentram sehingga akan muncul kebahagiaan bila kita dekat denganNya. Kekasih yang paling mulia tentulah Allah yang mampu memberikan rasa aman, tenang, nyaman dan kebahagiaan yang hakiki. Hanya Allah dengan kehendakNyalah rasa sakit yang melukai hati akan sembuh.


2. Mengingat Kebaikan dan berhusnudzon pada saudara kita

Masalah hati tak lepas dengan masalah antar manusia bahkan dengan saudara seiman baik itu keluarga, kerabat maupun sahabat.
Jika kita tetap membiarkan luka kita tanpa bertekad bergegas menutupnya maka luka itu akan menghasilkan penyakit baru. "Penyakit Hati" seperti dendam, dengki, kebenciaan, berprasangka buruk (suudzon), memaki-maki bahkan mendoakan yang buruk untuk saudara kita. Nauuzubillahimindzalik,,,jika kita pernah berbuat seperti itu perbanyaklah istighfar dan memohon ampunan pada Allah atas perbuatan dan ucapan yang salah itu.
Maka obat selanjutnya adalah mengingat-ngingat semua kebaikan saudara kita dari yang terbesar sampai kebaikan yang terkecil. Jika biasanya kita membesar-besarkan masalah yang kecil. Maka kali ini kita harus membesar-besarkan kebaikan yang kecil dan mengecilkan kesalahan saudara kita. Masalah kesalahan dan dosa biarlah menjadi urusanNya. Kita tidak berhak menghakimi manusia diluar yang telah ditentukan oleh hukumNya.
Dengan begitu biasanya kita akan menyadari bahwa kesalahan saudara kita jauh lebih sedikit dibanding kebaikannya, maka kesalahan itu akan samar-samar terlihat dan tertimbun oleh kebaikan-kebaikan saudara kita.

Ada peribahasa yang mengatakan "lidah lebih tajam dari pedang" dan pada dasarnya rasa sakit hati biasanya muncul dari luka yang disayat oleh "lidah". Perkataan saudara kita yang pada awalnya kita "mengira" itu adalah suatu perkataan yang menyakitkan maka kita ubah itu menjadi suatu "kritik" yang membangun, memotivasi, menjadi bahan introspeksi (muhasabah) bahkan jadikan inspirasi. Bila perlu kita pajang kata-kata kritikan itu untuk menjadi inspirasi di setiap hari sehingga kita lebih sering bermuhasabah diri daripada memaki-maki atau "ngedumel" perkataan saudara kita. Berhusnudzon pada saudara kita, bahwa perkataan tersebut adalah tanda kasih sayang saudara kita dalam bentuk mengingatkan. 

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”. (QS. Al-Hujurat, 49 : 12)

Mari kita berprasangka baik pada saudara kita yang memang sangat hobi mengkritik diri kita hingga kadang membuat kita jengkel atau sakit hati. Mulai merubah paradigma itu dan jadikan perkataan saudara kita itu merupakan niatan baiknya untuk selalu mengingatkan kita.

3. Bersabar, Tegar dan Bijak
Bagi aktivis ketiga hal ini pastilah sering kita ungkapkan. Sebatas diungkapkan dan lupa mengaplikasikannya dalam keseharian apalagi saat tertimpa masalah. Lupa melatihnya. Tentu saja hanya orang-orang tertentu yang mampu mengaplikasikan ini. Orang-orang yang memang terlalu sering menghadapi masalah. Karena ada dua pilihan dalam menghadapi masalah yaitu lari atau hadapi. Orang yang lari dari masalah maka dia akan menjauh dari masalah bisa dengan mengasingkan diri dan keluar dari komunitasnya secara permanen, atau yang lebih parah gangguang jiwa bahkan bunuh diri. Orang yang menghadapi masalah dia akan berusaha menyelesaikannya, mencari solusinya dan dia akan mampu melewati masalah tersebut. Memang terkadang bagi beberapa orang butuh menyendiri untuk menenangkan diri namun orang yang survive dengan masalah dia akan bergegas menyembuhkan dirinya dan segera menyelesaikan masalahnya.
Orang yang terlalu sering menghadapi masalah atau ujian dari ujian kecil hingga  besar dan dia selalu menyelesaikan masalahnya hingga ke level tertinggi itulah orang yang terus melatih kesabaran, ketegaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi suatu masalah. Orang yang tertimpa ujian dan orang yang melihat ujian tersebut akan memiliki persfektif yang berbeda dalam menanggapi ujian tersebut. Bagi yang tertimpa dia akan memaknai setiap"komponen" masalahnya dan bagi yang melihat dia hanya akan memaknai sebagian "komponen" saja. Sehingga orang yang melihat akan mempelajari sebagian saja dari yang mengalami. Maka pepatah "Learning by doing" itu sejalan dengan cara kita menyelesaikan dan memaknai suatu masalah.
Orang yang pernah mengalami masalah yang lebih besar akan cenderung lebih memahami dengan masalah yang lebih kecil dalam skalanya.
Maka biasanya dia akan lebih bijaksana dalam menghadapi masalah lain yang menimpanya.
Karena dia terus dilatih dengan ujian. Maka Allah pun tidak salah terus melatih hambaNya yang Dia cintai agar bisa bersabar, tegar dan bijak.



"Apakah menusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan : “kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi ?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan
benar- benar Allah mangetahui orang-orang yang benar dan mengetahui
pula orang- orang yang dusta."
Al-Ankabut : (29 ayat 2-3)


Sahabat Rasul Ali bin Abi Tholib mengatakan
“Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran"

dalam firman-Nya. Allah berjanji :“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10)

"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan" (Ali Imran: 186)

Itulah Tiga mekanisme untuk mengontrol "kinetika" hati.
Lantas masihkah kita mengeluh dengan masalah yang kita hadapi? Masihkan kita menyimpan setitik kebencian pada kelalaian lidah atau perbuatan saudara kita yang masih bisa kita selesaikan dengan cara yang baik? Atau masihkan kita angkuh dengan diri kita?

Allah sungguh Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tak ada satupun penyakit yang tak mampu disembuhkan kecuali penyakit tua dan kematian. Begitupun penyakit hati. Maka niatkan, tegaskan dalam hati bahwa kita akan bergegas menyembuhkan luka hati ketika muncul dan tidak akan mebiarkannya menganga bahkan terinfeksi. Karena yang akan menginfeksinya adalah virus yang paling ganas yaitu makhluk paling jahanam yaitu Syetan.

Mari selamatkan hati kita. Kebahagiaan itu ketika Iman dan Ukhuwah terjaga. "Mengalahlah" untuk menang.  Menang dari syetan yang mengingingkan kita kalah dengan rasa benci dan dendam.

Dalam lagunya Opick
Obat hati ada 5 perkara : 1. Baca quran & maknanya, 2. Sholat malam dirikanlah, 3. Bertemanlah dengan orang sholeh, 4. Perbanyaklah berpuasa, 5. Perbanyaklah bersedekah.

walahuallam bissawab
Back to top